Zahra Aulia Dewi Camaba Al-Azhar Mesir yang Ingin Dalami Ilmu Syari’ah

Ciamis – Zahra Aulia Dewi, seorang santriwati asal Tanjung Bintang, Lampung Selatan, lahir pada 27 Desember 2004. Ia merupakan lulusan dari Pondok Pesantren Taruna Alquran, sebuah pesantren yang menanamkan nilai-nilai keislaman serta membekali santri dengan kemampuan tahfidz dan pemahaman agama yang mendalam.
Sejak kecil, Zahra telah menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap dunia ilmu. Hobi utamanya adalah membaca dan menjelajah hal-hal baru. “Dengan membaca, kita akan menemukan hal-hal yang sebelumnya belum kita ketahui. Dan saya suka mengeksplorasi, karena saya tertarik pada sesuatu yang baru,” ungkapnya. Ketertarikan inilah yang menjadi awal mula tumbuhnya cita-cita Zahra: menjadi seorang pengusaha. Ia ingin memiliki kebebasan dalam bekerja, tanpa terikat oleh sistem atau atasan.


Rencana Ambil Jurusan Syariah

Zahra berencana melanjutkan pendidikannya di bidang Syariah, karena ia memiliki minat mendalam dalam mempelajari hukum Islam. “Saya suka mempelajari hukum, agar ketika saya menjumpai permasalahan agama dalam kehidupan sehari-hari, saya tidak bingung mengatasinya,” jelasnya.
Memiliki fondasi keislaman yang kuat dari pesantren, Zahra menaruh harapan besar untuk bisa melanjutkan studi ke salah satu universitas Islam tertua dan paling bergengsi di dunia — Universitas Al-Azhar Mesir.


Al-Azhar Mesir: Simbol Keilmuan Islam Dunia


Universitas Al-Azhar yang terletak di Kairo, Mesir, bukan hanya sekadar lembaga pendidikan, melainkan simbol dari peradaban dan keilmuan Islam. Didirikan pada tahun 970 M, Al-Azhar telah menjadi pusat rujukan umat Islam dari berbagai belahan dunia dalam bidang ilmu keislaman, bahasa Arab, dan ilmu syariah.
Berbeda dengan banyak lembaga keagamaan lain, Al-Azhar dikenal sebagai lembaga yang menjunjung tinggi objektivitas dalam memahami agama, tidak terikat pada kepentingan organisasi manapun. Inilah yang menjadi daya tarik utama bagi Zahra: “Saya ingin mempelajari agama secara objektif. Tanpa label organisasi seperti di Indonesia,” tuturnya jujur.
Harapan dan Rencana Setelah Tiba di Mesir
Setibanya di Mesir, Zahra memiliki rencana yang jelas: fokus belajar dan murojaah hafalan Al-Qur’an. Ia menyadari pentingnya menjaga hafalan sebagai modal utama seorang santri. Tidak hanya itu, ia juga membuka kemungkinan untuk melanjutkan ke jenjang S2, atau jika tidak memungkinkan, mengambil jurusan lain sebagai pilihan akademik kedua.
Selain itu, Zahra memiliki visi untuk membangun usaha sendiri di sela-sela waktu kuliahnya. Hal ini menunjukkan kematangan dan kesiapan mentalnya dalam menghadapi dunia nyata setelah masa studi berakhir.

Mengenal Diri dan Keunggulan Pribadi

Meskipun tidak memiliki tokoh inspiratif tertentu, Zahra mengenal dirinya dengan baik. Ia percaya bahwa keunggulan terbesarnya adalah kemampuan dalam manajemen waktu, yang terbukti selama masa pengabdiannya satu tahun di Taruna Alquran, serta dalam mengemban amanah sebagai guru tahfidz berkat pelatihan intensif yang ia jalani.
Prestasi yang Membanggakan
Zahra telah mengkhatamkan Al-Qur’an, suatu pencapaian yang luar biasa bagi seorang santriwati. Ia juga memiliki bakat menulis, bahkan pernah memenangkan lomba menulis dan mendapatkan juara 2 selama dua tahun berturut-turut. Tak hanya itu, ia berhasil menyelesaikan masa pengabdian di pesantren, yang tentu membentuk karakter dan ketangguhan mentalnya.

Usai menyelesaikan pendidikan di Al-Azhar, Zahra tidak berencana menjadi pengajar seperti banyak lulusan lainnya. Ia ingin mengambil jalur yang berbeda — berkarier di dunia usaha. Ia merasa dunia wirausaha lebih sesuai dengan karakter dan visinya untuk hidup mandiri dan tidak terikat.

Bagikan artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait