Turki, – Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran dan pengalaman. Bagi Muhammad Fajarudin, kader Afwaja Center yang kini tengah menempuh pendidikan di Turki, hidup sebagai mahasiswa di negeri dua benua ini menjadi babak baru yang penuh warna dan makna.
Turki, negara yang terletak di persimpangan antara Eropa dan Timur Tengah, tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur dan sejarahnya, tetapi juga mempertemukan budaya dan pemikiran dari berbagai penjuru dunia. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Fajar, yang kini tengah menimba ilmu di sana.
Dari Layar Kaca ke Dunia Nyata
Dulu, Fajar hanya bisa melihat keindahan Turki melalui layar kaca. Kini, ia menjelajahinya langsung—menikmati musim dingin, bermain salju, dan menghirup udara segar khas negara empat musim. Namun yang lebih penting dari itu, adalah pengalaman hidup sebagai pelajar internasional yang membuat dirinya merasa bersyukur dan penuh semangat.
“Saya sangat menikmati kehidupan di Turki. Ini pengalaman yang luar biasa. Bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan belajar langsung dari sumbernya,” ujar Fajar.
Berjejaring di Panggung Global
Salah satu hal yang paling berkesan bagi Fajar selama kuliah di Turki adalah kesempatan untuk berjejaring dengan pelajar dari seluruh dunia. Ia berteman dengan mahasiswa dari Yaman, Somalia, Kongo, Mesir, Palestina, Suriah, hingga Kamerun. Pertemanan lintas negara ini membuka wawasan dan cara pandangnya tentang dunia.
“Berteman dengan mereka yang sesama pelajar membuka pikiran saya. Saya bisa bertukar cerita, berdiskusi tentang budaya, politik, agama, dan banyak hal lainnya. Ini benar-benar memperluas cakrawala saya,” ungkapnya.
Fajar juga merasakan peningkatan kemampuan bahasa Inggrisnya melalui interaksi sehari-hari dengan mahasiswa internasional. Lingkungan multikultural ini membuatnya lebih terbuka, adaptif, dan percaya diri.
Meski jauh dari tanah air, Fajar tidak melupakan identitas dan akar budayanya. Ia aktif dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kayseri, sebuah organisasi pelajar Indonesia di kota tempat ia tinggal. Di sana, ia menjabat sebagai bagian dari Bidang Media Kreatif dan turut menyuarakan isu-isu penting terkait Indonesia serta kehidupan pelajar di luar negeri.
Selain itu, Fajar juga bergabung dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Turki, sebagai bentuk komitmennya terhadap nilai-nilai keislaman ala Nahdliyin yang ia anut sejak di Indonesia. Baginya, bergabung dengan organisasi keagamaan ini adalah upaya menjaga tradisi dan nilai spiritualitas yang telah membesarkannya.
“Walaupun Turki mayoritas Muslim, kultur dan praktik keagamaannya berbeda. Bergabung dengan PCINU menjadi cara saya untuk menjaga tradisi keislaman Indonesia di negeri orang,” terang Fajar.
Harapan untuk Generasi Muda Indonesia
Dari pengalamannya, Fajar memiliki harapan besar agar lebih banyak pemuda Indonesia yang bisa menimba ilmu di luar negeri, terutama di Turki.
“Saya yakin, Indonesia perlu lebih banyak mengirim pelajar ke luar negeri, khususnya ke Turki. Belajar di negara lain membuka pandangan kita tentang dunia, dan ketika kembali ke tanah air, kita bisa memberikan kontribusi nyata untuk bangsa,” pungkasnya.
Perjalanan Muhammad Fajarudin adalah contoh nyata bahwa pendidikan bukan sekadar soal bangku kuliah, melainkan tentang membentuk karakter, memperluas wawasan, dan membangun jejaring global. Di negeri asing, ia tidak hanya belajar ilmu akademik, tetapi juga nilai-nilai kehidupan, solidaritas antarbangsa, dan pentingnya menjaga jati diri.
Semoga kisah Fajar menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus bermimpi, berjuang, dan mengabdi demi kemajuan bangsa.